SGJabar>
(Nasional). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan Japan
International Cooperation Agency (JICA) menyelenggarakan Indonesia–Japan Health
Business Forum: Strengthening International Collaboration to Support Global
Health Resilience di Grand Prince Hotel Osaka Bay, pada 24 Juni 2025.
Kegiatan
ini merupakan bagian dari Health and Well-Being Week pada World Expo Osaka
2025, dan didukung oleh Konsulat Jenderal RI di Osaka, ITPC Osaka, Japan
External Trade Organization (JETRO), serta International Finance Corporation
(IFC).
Konsul
Jenderal RI di Osaka, John Tjahjanto Boestami menyampaikan bahwa peningkatan
status Kemitraan Strategis Komprehensif antara Indonesia dan Jepang membuka
peluang baru di bidang perdagangan, investasi, dan pengembangan SDM.
Salah
satu pembicara Senior Deputy Director General JICA, Mr. Yoshida Tomoya dalam
sambutannya menyoroti peluang kerja sama dalam precision medicine,
Multi-Regional Clinical Trials (MRCT), serta penguatan produksi lokal farmasi
dan alat kesehatan, sekaligus menegaskan dukungan JICA melalui penempatan
tenaga ahli dan kerja sama regulatori.
Delegasi
Indonesia perwakilan dari Kementerian Kesehatan RI dipimpin oleh Direktur
Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan, Dr. L. Rizka Andalucia dan melibatkan 11
pelaku usaha di bidang farmasi, alat kesehatan, lembaga penelitian, serta
kawasan industri di Indonesia. Rizka menyoroti perkembangan industri kesehatan
dalam negeri yang pesat, dengan lebih dari 800 produsen alat kesehatan dan 200
perusahaan farmasi, serta mendorong kemitraan yang lebih kuat dalam investasi,
inovasi, dan pembiayaan kesehatan.
“Kemampuan
industri lokal kita saat ini tidak hanya terbatas pada perakitan atau
pengemasan, tetapi telah berkembang ke arah teknologi yang lebih advance
seperti diagnostik, biofarmasi, dan alat kesehatan, yang mendukung kemandirian
dan kesiapsiagaan sistem kesehatan nasional," kata Rizka.
Forum
ini mencakup dua sesi strategis yang membahas penguatan kerja sama dalam MRCT,
harmonisasi regulasi, dan kemitraan industri. Direktur Produksi dan Distribusi
Farmasi, Dita Novianti Sugandi dan Direktur Ketahanan Farmasi dan Alat
Kesehatan, Dr. Jeffri Adiyanto hadir sebagai narasumber perwakilan dari
Kemenkes RI. Selain itu turut hadir sejumlah narasumber dari Pharmaceutical and
Medical Device Agency (PMDA), Japan Institute for Health Security (JIHS), JICA,
JETRO, IFC, Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI), dan PT Horiba
Indonesia.
Salah
satu hal yang menjadi perhatian utama dalam forum ini adalah penandatanganan
tiga nota kesepahaman (MoU) yang disaksikan oleh Dirjen Farmalkes Kemenkes RI,
Konjen RI Osaka serta Senior Deputy Director General JICA.
MoU
tersebut mencakup kerjasama diantaranya; ASPAKI dengan Japan Federation of
Medical Devices Associations (JFMDA) untuk memperkuat dialog regulasi dan
kolaborasi industri alat kesehatan, PT Graha Teknomedika dengan Waestro Inc.
dalam pengembangan manufaktur plastik injeksi untuk alat kesehatan, serta PT
Increase Laboratorium Indonesia dengan Universitas Osaka dalam bidang riset dan
pengembangan SDM.
Dengan
lebih dari 150 peserta dari 83 institusi, KJRI Osaka dan ITPC Osaka juga
memfasilitasi 41 sesi business matching untuk mendorong kolaborasi lintas
negara dalam bidang diagnostik, riset, dan produksi.
Memasuki
edisi ketiga, Indonesia-Japan Health Business Forum terus menjadi platform
strategis untuk memperkuat kemitraan kesehatan yang inklusif. Hal ini menjadi
implementasi konkret dari program kerja sama jangka panjang antara Kemenkes dan
JICA, khususnya melalui program Advisor for Enhancing Pharmaceuticals and
Medical Devices Safety.
Dirjen Rizka menegaskan Indonesia-Japan Health Business Forum harus menjadi titik awal kolaborasi yang berkelanjutan dan berdampak nyata dalam membangun ekosistem kesehatan yang tangguh dan inovatif. *(Humas Farmalkes).